3.7.18

Jenis-jenis Teknik Sablon



Dalam perkembangannya, sablon tak hanya sebatas menembuskan tinta melalui silk screen. Rasa haus para crafter akan inovasi membuat teknik sablon berkembang menjadi beberapa jenis.
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai jenis-jenis sablon, ada baiknya kita samakan dulu persepsi kita tentang sablon pada bahasan kita kali ini. Pada artikel “Pemahaman Fundamental Teknik Cetak Sablon” disebutkan bahwa sablon adalah menembuskan tinta lewat silk screen apapun medianya.
Pada artikel ini yang disebut sablon adalah mendekorasi apparel dengan tinta atau bahan lain selain benang. Pembedaan istilah ini sengaja kami lakukan karena pemahaman kebanyakan orang tentang sablon masih seperti hal yang baru saja disebutkan di atas.


Selain itu kami juga terlalu malas untuk menyebut sablon sebagai ‘dekorasi apparel selain bordir’. Terlalu panjang kan? Yuk, sebelum kita beralih profesi jadi ahli etimologis bahasa kita langsung membahas jenis-jenis teknik sablon ini.

Eksplorasi Kreativitas

Kita tentu bertanya mengapa sablon terdiri dari bermacam-macam jenis. Well, namanya juga manusia pasti tak akan pernah puas dengan teknik yang begitu-begitu saja. Rasa ketidakpuasan inilah yang disebut dengan inovasi.
Inovasi ini timbul karena kebutuhan orang-orang akan sablon baik itu dari segi kualitas maupun kuantitas semakin berkembang. Semula mereka cukup puas dengan sablon dengan bentuk dan warna yang simpel, jumlah minimal yang cukup besar, serta waktu produksi yang lama.
Sekarang, mereka ingin mendobrak batasan tersebut untuk mengeksplorasi kreativitas mereka. Inilah mengapa sablon berkembang dan akan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi.

Sablon Press

Mari kita kembali lagi jadi ahli bahasa untuk menghindari ambigu dengan sablon polyflex yang sering disebut sablon press karena harus menggunakan mesin heat press. Kata ‘press’ di sini berfungsi untuk menggantikan kata ‘gesut’.
Inti dari proses sablon ini adalah memberi tekanan pada tinta di atas screen. Proses memberi tekanan atau gesut ini dimaksudkan untuk mendorong tinta agar menembus screen dan menempel dan terserap di kain.
Teknik ini adalah teknik tua yang dipakai dalam proses sablon. Teknik ini dibagi lagi menjadi dua kategori yaitu sablon manual dan otomatis.
Sablon Manual
Teknik ini adalah teknik leluhur yang dipakai pada awal teknik cetak sablon ditemukan. Segala proses dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan. Ya tentu saja dengan menggunakan bantuan alat dan cairan kimia tertentu.
Teknik ini membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup besar dalam produksi. Belum lagi tekanan pada saat menggesut tinta bisa berbeda-beda pada setiap gesutan. Hal ini dapat menyebabkan ketebalan tinta yang menempel pada kain menjadi berbeda. Oleh karena itu, kualitas yang dihasilkan oleh teknik sablon ini sangat tergantung pada keahlian sang tukang gesut.
Tapi di samping itu, sablon manual juga memiliki beberapa keunggulan. Yang pertama adalah harganya yang murah. Inilah faktor utama yang menyebabkan jenis teknik sablon ini masih bertahan hingga sekarang.
Yang kedua, di tangan seorang crafter yang ahli, gambar yang dicetak dengan teknik sablon ini bisa lebih awet. Hal ini disebabkan karena dalam setiap proses gesut para crafter yang ahli ini sekaligus melakukan quality control pada setiap ‘karyanya’.
Sablon Otomatis
Proses teknik sablon ini secara garis besar hampir sama dengan teknik sablon manual. Perbedaannya hanya terletak pada tangan yang mengerjakannya saja. Pada teknik sablon ini tenaga manusia dalam proses gesut digantikan dengan mesin.
Dengan teknik ini, kita dapat mengatur tekanan dan volume tinta yang tertuang di atas screen dengan mesin yang disebut automatic press ini. Warna dan kualitas sablon yang dihasilkan lebih presisi bila dibandingkan dengan teknik sablon manual.
Karena dikerjakan dengan mesin, kecepatan produksi automatic press jauh mengungguli tangan manusia. Apalagi jika desain gambar yang akan disablon terdiri dari banyak warna, teknik sablon ini lebih bisa diandalkan.
Permasalahaan teknik sablon ini terletak pada harga mesin yang mahal. Tidak semua rumah produksi apparel mampu untuk membeli mesin ini. Biasanya mesin ini hanya dimiliki oleh pabrik konveksi besar.

Sablon Digital

Teknik sablon digital ini tidak menggunakan screen sama sekali. Fungsi screen digantikan oleh mesin printer ata cutter. Para tukang sablon yang menggunakan teknik ini pada dasarnya lebih sering duduk di depan komputer daripada berhadapan dengan tinta ataupun alat sablon.
Sablon digital ini sendiri masih bisa dibagi dalam beberapa kategori. Sampai saat artikel ini ditulis, ada tiga jenis sablon digital yang umum digunakan dan mungkin akan bertambah seiring berjalannya waktu.
Sablon Polyflex
Pada prinsipnya, teknik sablon polyflex adalah sticker yang ditempelkan pada kain. Sablon polyflex menggunakan bahan sejenis vinyl. Vinyl inilah yang kemudian dipotong-potong dengan mesin cutter. Proses ini hampir sama dengan proses cutting sticker yang menempel pada mobil atau sepeda motor.
Potongan vynil ini kemudian ditempelkan pada transfer paper. Setelah tertempel pada transfer paper, proses selanjutnya adalah menempelkan transfer tersebut pada kain dan memanasinya dengan heat press. Setelah dipanasi, transfer paper dicabut secara perlahan. Vinyl yang semula tertempel pada transfer paper kini menempel erat pada kain.
Teknik sablon ini sering digunakan pada jersey sepak bola karena mudah dilakukan oleh orang awam sekalipun. Biasanya, distributor jersey akan menjual jersey polos dan nama atau nomor pemain secara terpisah. Sistem ini juga memungkinkan pembeli untuk membuat nomer dan nama custom.
Jika dikerjakan dengan benar, teknik ini akan menghasilkan sablon yang awet. Namun, sablon jenis ini cukup menyulitkan kita dalam menyetrika.
Sablon Dye-Sublimation
Teknik sablon ini juga menggunakan transfer paper. Bedanya dengan teknik sablon polyflex adalah transfer paper yang digunakan dalam teknik sablon ini sebelumnya dicetak dengan printer khusus.
Setelah tercetak, transfer paper tersebut ditempelkan pada kain yang akan disablon dan dipanasi dengan mesin heat press sama seperti sablon polyflex. Tinta yang sebelumnya tertempel pada transfer paper akan diserap oleh kain.
Keawetan sablon dengan teknik ini lebih rendah bila dibandingkan dengan teknik lain. Kita harus memperhatikan cara pencucian jika ingin apparel yang didekor dengan teknik ini bertahan lama.
Sablon Direct-To-Garment
Teknik ini biasa disingkat dengan nama DTG. Seperti namanya, teknik sablon ini memungkinkan kita untuk langsung mencetak di atas kain. Prinsip teknik sablon ini hampir sama jika kita ingin mencetak di atas kertas dengan menggunakan printer inkjet.
Warna sablon yang dihasilkan dengan teknik ini sangat detil, hampir menyerupai dengan warna pada desain kita. Teknik ini juga memungkinkan kita untuk mencetak foto beresolusi tinggi di atas kain. Teknik sablon ini sering digunakan oleh orang yang tidak ingin apparel yang dipakai memiliki desain yang sama dengan orang lain.
Yang menjadi kelemahan teknik ini adalah harga produksinya yang mahal untuk setiap potong apparel. Dan jika kita butuh kuantitas yang sangat banyak, produksi apparel dengan menggunakan teknik ini bahkan membutuhkan waktu yang lebih lama dari sablon manual sekalipun.
  
Bermacam-macam jenis sablon itu tadi masih memungkinkan untuk terus bertambah. Siapa yang tahu jika di kemudian hari hadir teknik yang memungkinkan kita mendekorasi apparel dengan cara yang sangat mudah semudah menembakkan proyektor ke layar.

No comments:

Post a Comment